Followers

Selasa, 22 November 2011

Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada kesempatan ini, pada bab ini akan dijelaskan lima teori yaitu: teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong dan teori kebutuhan. Adapun perincianya sebagai berikut:
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternativ pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.

Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan ceenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.

2. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yaitu: (1). Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri. (2). Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri. (3). Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan apapun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

Sering kali kita temukan seseorang bertindak melakukan seseuatu karena didorong oleh lebih dari naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan yang demikian itu. Sebagai contoh: seorang mahasiswa tekun dan rajin belajar meskipun dia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun dan rajin belajar? Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri). Akan tetapi mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karier pekerjaanya sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya (naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan naluri mempertahankan diri).

3. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan.

Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui polah tingkah. lauknya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.

4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belkang kebudayaan masing-masing.

Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin atau seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan didaerah gunung kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi pada anak yang dibesarkan di kota medan meskipun masalah yang dihadapinya sama.

5. Teori kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Berikut ini salah sartu dari teori kebutuhan yang dimaksud. Teori Abraham Maslow. Sebagai seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut ini:














Keterangan:
a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan fital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dansebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau setatus, pangkat, dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), seperti antara lain: kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas , dan ekspresi diri.

Tingkat atau hirarki kebutuhan dari maslow ini tidak dimaksud sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila mana diperlukan untuk memperkirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang –yang akan dimotivasi- bertindak melakukan sesuatu.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandanagan atau falsafah hidup, cita-cita dan harapan masa depan, dari tiap individu.

Setiap individu tidak akan berusaha meloncat kepemuasan kebutuhan ke tingkat atas sebelum kebutuhan yang ada dibawahnya terpuaskan. Bagaimanapun manusia adalah makhluk yang tak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Hal ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia tidak pernah berhenti menuntut adanya pemuasan. Kebutuhan yang pada suatu saat telah terpuaskan dilain saat akan kembali menuntut adanya pemuasan. Demikian seterusnya sehingga tuntutan dan pemuasan kebutuhan membentuk lingkaran yang tidak berujung.

Rujukan:
1. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), hlm. 74-78.
2. E. koeswara, Motivasi, (Bandung: Angkasa, 1989), hlm. 223
3. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar baru, 1992), hlm. 186
4. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 205.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More